Sri Mulyani: Pajak Krusial untuk Target Ekonomi 8%

Target Pertumbuhan Ekonomi 8% Butuh Tahapan Realistis

JAKARTA – Pemerintah menyiapkan strategi fiskal untuk menutup risiko dan mendorong pertumbuhan.

Pertama, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut proyeksi pertumbuhan 5,4% pada 2026 dapat menjadi pijakan menuju 8% sebagaimana visi nasional.Kedua, ia mengingatkan adanya downside risk serta skenario dasar yang harus dicermati dalam jangka menengah.

Selanjutnya, konsistensi kebijakan perlu dijaga agar momentum pertumbuhan tidak terganggu.

Baca juga:

Prabowo Tegaskan Efisiensi Belanja Lanjut di RAPBN 2026

Target dan Risiko Pertumbuhan
Namun, Sri Mulyani menegaskan target 8% butuh tahapan yang realistis dan terukur.Selain itu, koordinasi kebijakan harus menyasar stabilitas nilai tukar, inflasi, konsumsi, dan investasi secara bersamaan.

Di sisi lain, kementerian/lembaga diminta menyelaraskan program agar mendukung sasaran makro.

Peran Penerimaan Pajak

Selanjutnya, pemerintah menekankan penguatan penerimaan pajak dan kenaikan tax ratio sebagai penggerak pertumbuhan.

Karena itu, instrumen pajak digunakan bukan hanya untuk pembiayaan, tetapi juga untuk memacu aktivitas ekonomi.

Oleh karena itu, desain kebijakan perlu menjaga keseimbangan antara insentif dan basis pajak yang sehat.

Lebih lanjut, Anda dapat merujuk kebijakan fiskal terkini di
Kementerian Keuangan
sebagai sumber referensi resmi.

Baca juga:
Target Pajak 2026: Coretax Jadi Andalan Pemerintah 

Keseimbangan Insentif dan Tax Ratio

Namun demikian, APBN wajib dikelola hati-hati karena memikul dua sasaran yang sering bertolak belakang.

Di satu sisi, pemerintah perlu meningkatkan penerimaan agar ruang belanja tetap terjaga.

Di sisi lain, pemerintah juga memberi insentif untuk mendorong konsumsi dan penanaman modal.

Karena itu, kebijakan fiskal diarahkan tetap responsif, terukur, dan transparan.

Koordinasi Kebijakan Antar-Instansi

Selanjutnya, Sri Mulyani meminta seluruh kementerian/lembaga memperkuat sinergi kebijakan sektoral.

Selain itu, instrumen di bawah garis (below the line) dimanfaatkan secara terdiversifikasi untuk menopang pembiayaan.

Terakhir, pemerintah mendorong tata kelola yang akuntabel agar kredibilitas fiskal tetap terjaga.

Sebagai pelengkap, pembaca dapat mengikuti indikator moneter di
Bank Indonesia
untuk melihat keterkaitan stabilitas makro dan proyeksi pertumbuhan.

Pada akhirnya, strategi pajak yang kuat dan terukur akan menjadi kunci mencapai pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.Selain itu, konsistensi pelaksanaan kebijakan akan menentukan keberhasilan menuju target 8%.

Exit mobile version