“Mulai 1 November atau lebih cepat, AS akan menerapkan bea masuk sebesar 100% terhadap China, di atas bea masuk apapun yang saat ini mereka bayar,”
— Presiden AS Donald Trump, melalui Truth Social
Trump menegaskan kebijakan ini dapat diterapkan lebih cepat tergantung pada respons China ke depan. Dengan tambahan bea masuk tersebut, tarif impor barang dari China bisa mencapai 130%.
Kebijakan ini menjadi reaksi langsung atas langkah China yang memutuskan membatasi ekspor 12 jenis logam tanah jarang mulai 1 November 2025. Logam-logam tersebut meliputi holmium, erbium, thulium, europium, ytterbium, samarium, gadolinium, terbium, dysprosium, lutetium, scandium, dan yttrium.
Baca Juga : Thailand Akhirnya Siap Pungut Pajak Turis Rp153 Ribu
Menurut Kementerian Perdagangan China, pembatasan tersebut diperlukan untuk melindungi keamanan dan kepentingan nasional. Pasalnya, banyak pihak dinilai memanfaatkan pasokan logam tanah jarang dari China untuk kepentingan militer.
“Praktik menimbulkan ancaman terhadap keamanan dan kepentingan nasional China, berdampak buruk terhadap perdamaian internasional, serta menghambat upaya nonproliferasi,”
— Pernyataan Kementerian Perdagangan China
Ke depan, setiap perusahaan asing yang hendak mengekspor logam tanah jarang dari China harus mendapatkan persetujuan khusus. Mereka wajib menjelaskan secara rinci penggunaan bahan tersebut dalam proses produksinya.
Selama ini, rare earth memainkan peran penting dalam rantai pasok global. Logam ini digunakan untuk memproduksi baterai lithium ion, lensa kamera, semikonduktor, hingga mobil listrik. Di sisi lain, bahan tersebut juga menjadi komponen vital dalam alat utama sistem pertahanan (alutsista) seperti pesawat tempur, misil, radar, dan drone.
Baca Juga : Negara Bagian Jerman Tuntut Penangguhan Pajak Minimum Global