WASHINGTON D.C., – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melontarkan tekanan dagang besar-besaran. Kali ini, ia mendorong Uni Eropa agar segera mengenakan bea masuk 100% terhadap China dan India.
Alasannya, kedua negara raksasa Asia tersebut dinilai masih terus membeli minyak dari Rusia—yang dianggap sebagai bentuk dukungan tidak langsung atas agresi Moskow terhadap Ukraina.
“Kami hanya akan mengambil langkah ini bila mitra Eropa turut mendukung kami,” ujar seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (11/9/2025).
Baca Juga : Korsel Kerahkan 2.000 Fiskus Tagih Pajak Rp1.317 T
Tekanan Kolektif
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan bahwa Washington siap menjatuhkan sanksi tambahan bagi negara yang tetap membeli minyak Rusia. Namun, langkah itu butuh kekompakan bersama Eropa agar efeknya terasa.
“Bila AS dan Uni Eropa menerapkan tarif terhadap negara yang masih membeli minyak Rusia, ekonomi Rusia akan goyah. Ini akan memaksa Presiden Vladimir Putin untuk duduk berunding,” kata Bessent, dikutip NBC News.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy turut mendukung rencana itu. Ia mengapresiasi negara-negara mitra, namun menekankan bahwa tarif atas negara yang masih berbisnis dengan Rusia adalah langkah tepat.
Baca Juga: PM Pakistan Perintahkan Tindak Tegas Penghindar Pajak
Tarif Saat Ini
Saat ini, AS sudah mengenakan tarif 50% atas barang dari India, sementara tarif atas barang asal China mencapai 30%. Tarif untuk China berlaku hingga 10 November 2025. Jika tak tercapai kesepakatan dagang, tarif bisa melonjak jauh lebih tinggi.
“Gagasan untuk mengenakan bea masuk terhadap negara yang berbisnis dengan Rusia adalah ide yang tepat.”
— Volodymyr Zelenskyy
Langkah ini dinilai sebagai bagian dari strategi besar Trump untuk menekan Rusia melalui jalur ekonomi dengan melibatkan mitra baratnya.