Pada era proteksionisme, bea masuk berperan penting melindungi industri domestik sekaligus menjadi sumber penerimaan signifikan. Namun, setelah dunia bergerak menuju perdagangan bebas melalui General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) serta pembentukan World Trade Organization (WTO), tarif bea masuk dan hambatan nontarif mulai dipangkas. Tren kontribusi penerimaan bea masuk terhadap perpajakan kian merosot, seiring dengan gelombang perdagangan bebas dan liberalisasi tarif di dunia.
Tren 50 Tahun: Dari 22% ke 6%
Berdasarkan data World Bank, kontribusi bea masuk dan pungutan impor lainnya terhadap penerimaan perpajakan global mencapai 22,6% pada 1990. Namun, pada 2022 angkanya tinggal 6,7%.

“Sejak WTO terbentuk, tarif impor global dipangkas. Kontribusi bea masuk pun makin kecil bagi penerimaan pajak negara maju.”
Negara Maju vs Negara Berkembang
Di negara maju seperti Prancis, kontribusi bea masuk pada 2022 nyaris nol, hanya 0,006%. Norwegia juga turun tajam dari 2,09% (1972) menjadi 0,21% (2022). Sebaliknya, di negara berkembang kontribusi bea masuk masih tinggi. Botswana mencatat 28,03% dan Kepulauan Solomon 24,79% pada 2022.
Menurut Mahdavi (2008), basis perpajakan di negara berkembang cenderung sempit. Karena itu, perdagangan luar negeri lebih mudah dikenakan pajak, cukup dengan memantau barang impor yang masuk ke pelabuhan.
Kasus Amerika Serikat: Tren Berbeda
Amerika Serikat justru menunjukkan pola berbeda. Kontribusi bea masuk di AS tercatat 2,22% pada 1972 dan meningkat menjadi 3,26% pada 2022. Di bawah pemerintahan Donald Trump, AS kembali menggunakan instrumen tarif untuk melindungi industri strategis, seperti baja, aluminium, dan otomotif.
Trump bahkan menargetkan penerimaan dari kebijakan tarif ini bisa mencapai US$6 triliun dalam satu dekade, menjadikan bea masuk bukan hanya alat ekonomi, tetapi juga senjata kebijakan domestik.
Kesimpulan
Meski globalisasi membuat kontribusi bea masuk kian kecil, realitas di negara berkembang menunjukkan bea masuk masih vital sebagai sumber penerimaan. Perbedaan tren ini memperlihatkan bagaimana kebijakan perdagangan bebas tidak berdampak sama rata di seluruh dunia.