BANGKOK, PajakNow.id — Selasa, 12 Agustus 2025
untuk meredam dampak negatif dari kebijakan tarif impor resiprokal Amerika Serikat sebesar
19%.
Dirjen Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Pornchai Thiraveja, menjelaskan bahwa langkah ini
bertujuan mencegah perlambatan ekspor sekaligus menjaga daya saing produk Thailand di pasar global.
“Jika pendapatan ekspor neto menurun dan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, pemerintah siap
mempertimbangkan kebijakan tambahan untuk mendorong belanja serta investasi domestik,”
ujarnya.
Baca juga: Polandia Rancang Rekening Bebas Pajak untuk Tabungan
Jenis Insentif Pajak yang Disiapkan
Menurut Pornchai, sejumlah stimulus yang disiapkan pemerintah meliputi percepatan pencairan anggaran proyek
infrastruktur serta insentif pajak yang ditujukan untuk meningkatkan konsumsi dan mengimbangi perlambatan
permintaan global.
Salah satu insentif pajak yang dipertimbangkan ialah diskon pajak untuk sektor pariwisata dan belanja domestik,
sehingga dapat mendongkrak konsumsi masyarakat di dalam negeri.
Baca juga: Kesepakatan Dagang AS–UE, Tarif Impor Jadi 15%
Selain itu, pemerintah juga menyiapkan kebijakan pajak untuk membantu dunia usaha dengan cara mempercepat restitusi
PPN bagi eksportir, memperpanjang tenggat pembayaran pajak dan iuran jaminan sosial, hingga memberikan
keringanan biaya bagi perusahaan terdampak tarif impor AS.
Perusahaan yang berinvestasi dalam proyek untuk meningkatkan efisiensi industri pun akan mendapat dukungan tambahan,
sehingga diharapkan mampu memperkuat daya saing sektor manufaktur Thailand.
Dukungan Non-Pajak bagi Ekonomi
Tidak hanya melalui insentif perpajakan, pemerintah Thailand juga menyiapkan berbagai bentuk dukungan non-pajak.
Fokusnya adalah menjaga keberlangsungan usaha kecil dan menengah serta memperkuat fondasi ekonomi domestik.
Salah satu langkah yang ditempuh adalah penyediaan hibah khusus untuk mendukung pelaku usaha.
Dana tersebut akan dialokasikan ke berbagai sektor, di antaranya:
- program pelatihan bisnis bagi UMKM,
- bantuan langsung untuk petani kecil,
- dukungan bagi pabrik yang ingin merevitalisasi mesin dan mengadopsi teknologi baru.
Dengan strategi ini, pemerintah berharap pelaku usaha Thailand tidak hanya mampu bertahan di tengah tekanan tarif
impor AS, tetapi juga dapat mempersiapkan diri menghadapi persaingan ketika kondisi global kembali stabil.
“Langkah-langkah ini ditujukan agar pelaku usaha Thailand dapat bertahan sekaligus mempersiapkan diri menghadapi
persaingan begitu kondisi global kembali pulih,” tutur Pornchai seperti dikutip dari
Bangkok Post.
Kementerian Keuangan Thailand.
Kebijakan ini dipandang sebagai strategi komprehensif untuk melindungi ekspor sekaligus memperkuat pasar domestik.